Selasa, 26 Mei 2015

Bisnisku " Studio Musik "



I. Pendahuluan

I.I Latar Belakang
Musik merupakan sebuah seni yang diminati oleh banyak orang. Dari kecil sampai dewasa memiliki ketertarikan terhadap musik. Kewajiban dari kita, sebagai pencinta musik dan sebagai generasi bangsa adalah memberikan suatu wadah untuk menanamkan jiwa para pemain musik agar mereka selalu terpancing jiwa kreatifitasnya. Maka dari itu, disini kami ingin mencoba untuk membuka bisnis studio musik yang menurut kami memiliki prospek yang sangat baik jika usaha ini dapat direalisasikan. Selain itu juga, jika usaha ini terealisasi maka setiap fakultas didalam ruang lingkup Universitas Bengkulu ini yang ingin menggunakan alat band kami, maka tidak akan kami kenakan biaya, asalkan dengan tujuan yang positif dan memiliki tanggung jawab yang penuh terhadap alat band tersebut.
     
I.2 Manfaat Dan Keistimewaan
Dalam usaha bisnis ini, kami memberikan beberapa manfaat terhadap konsumen,  diantaranya kami menawarkan fasilitas alat band yang memadai dan layak panggung, dilengkapi dengan fasilitas ruangan yang nyaman bagi pelanggan kami.
Adapun keistimewaan dari bisnis yang akan kami jalankan adalah dari segi ruangan, kami akan membuat tema ruangan seperti studionya para band-band terkenal yang ada di Indonesia maupun luar negeri, dan dari segi alat sendiri kami akan memakai alat-alat band schecter atau replika dari alat-alat band, dari band popular saat ini. Dengan tujuan, selain kami ingin memberi kepuasan yang ekstra, kami juga ingin membuka inspirasi kreatif bagi para pelanggan kami ketika berada diruangan studio band kami karena seakan-akan mereka berada didalam studio band favorite mereka. Menurut kami, strategi ini memiliki tingkat potensi yang tinggi, dan belum ada kompetitor di Bengkulu ini yang mengaplikasikannya di dalam bisnis studio rental mereka. Selain itu juga kami menawarkan satu kali merental gratis bagi pelanggan yang telah menggunakan jasa kami selama 10 kali.

I.3 Pendekatan
Mengingat prospek bisnis ini yang sangat cerah dan menjanjikan, kami memiliki tekad yang kuat untuk membangun bisnis ini. Akan tetapi tetap saja dibutuhkan dana untuk merealisasikannya. Untuk itu kami berharap, dengan adanya program mahasiswa wirausaha ini dapat membantu kami dalam merealisasikannya.

II.      Analisis Potensi Pasar
Seperti yang kita ketahui, Dikota Bengkulu ini banyak sekali anak-anak muda yang memiliki bakat di bidang seni, terutama dalam hal bermusik. kita lihat saja ketika ada event-event besar atau acara-acara parade dan festival band yang hampir setiap bulannya diadakan oleh pihak-pihak tertentu di Bengkulu ini yang bertujuan baik mempromosikan produk, maupun ajang pencarian bakat dalam hal bermusik serta mendapatkan kesempatan masuk kedalam studio rekaman dan dipublikasikan atas karya-karya mereka. Dan berdasarkan hasil pengamatan, pesertanya bisa sampai puluhan lebih. Ini berarti tingkat antusias para anak-anak muda untuk mengembangkan kreatifitasnya dalam bermusik sangatlah besar.
Tentunya ini merupakan suatu probabilitas yang sangat potensial, karena menurut kami, tingkat penawaran akan jasa studio musik bisa terbilang masih minim, dan sangat berbanding terbalik atas permintaannya jika ditinjau dari realita yang ada di Bengkulu ini. banyak sekali anak-anak muda yang rela menunggu berjam-jam di satu studio musik saja, atau bahkan jauh sebelum mereka ingin merental studio musik, mereka harus memboking terlebih dahulu demi keinginan untuk melatih dan mengembangkan kreatifitasnya tersebut.

III.   Analisis kompetitor
Di dalam menjalankan suatu bisnis, tidak akan terlepas dari pesaing yang memiliki kesamaan jenis bisnis. Bisnis kami memiliki beberapa pesaing yang lebih dulu terjun ke dalam dunia usaha ini di Bengkulu, sebut saja AP studio, Ferdi Studio, Lister band studio, dan Patra Studio. Ketiganya merupakan studio musik yang cukup digandrungi oleh kalangan remaja pada saat ini. Rata-rata penyewaan jasa rental band seharga Rp30.000/jam. Dan juga para pesaing ini rata-rata memiliki kualitas yang baik dari segi fasilitas alat dan juga ruangannya.

IV.    Analisis STP (Segmentation, Targetting, Positiong)

Ø  Segmentasi Pasar
Sasaran bisnis jasa rental band ini adalah seluruh anak-anak band di Provinsi Bengkulu khususnya yang membutuhkan sarana untuk mereka berlatih band dalam mengembangkan kreatifitas dalam bermusik.

Ø  Target Pasar
Target pasar utama adalah anak-anak band kelas ekonomi menengah kebawah. Dengan harapan kami bisa lebih efektif dalam menggarap pasar yang memiliki porsi paling besar ini.

Ø  Positioning
Studio musik kami ini akan memposisikan diri sebagai studio musik pengembangan yang memiliki tema tersendiri dan berbasis efisien. Yang sampai saat ini belum ada studio-studio musik yang menerapkannya di kota Bengkulu ini

V.      Analisis Marketing Mix atau Bauran Pemasaran

Marketing mix atau bauran pemasaran adalah kumpulan alat pemasaran taktis terkendali, dimana didalamnya terdapat 4P untuk produk dan 7P untuk jasa. Oleh karena bisnis kami ini bergerak dalam bidang jasa, maka didalamnya terdapat 7P yaitu ; product, price, promotion, place, people, process, dan physical evidence.

5.1 Product
Sesuai dengan teori generic Porter, ada 2 fokus utama dalam berbisnis yaitu kepemimpinan harga dan diferensiasi. Mengingat tidak adanya kompetitor yang menerapkan strategi seperti yang kami jelaskan sebelumnya, disini kami akan menjaga kualitas jasa kami, memberikan nilai unggul dari jasa yang kami tawarkan, serta membangun hubungan baik dengan pelangan yang masih sering diabaikan oleh para kompetitor.

5.2 Price
Fokus pada kepemimpinan harga (Generic Porter) merupakan strategi marketing kami. Kami akan berusaha untuk meletakan harga sewa rental studio kami dibawah kompetitor lainnya atau sekitar Rp. 20.000/jam

5.3 Promotion
Promosi mutlak dilakukan ketika kami membutuhkan sarana untuk menyebarkan informasi tentang bagaimana cara menemukan dan menikmati jasa kami. Dalam hal ini kami akan melakukan promosi melalui beberapa media, yaitu :
Ø  WOM (Word of Mouth)
Ø  Brosur
Ø  Spanduk
Ø  Jejaring sosial

                      5.4 Place
Meliputi kegiatan bisnis yang membuat jasa tersedia bagi pelanggan sasaran. Oleh karena itu, tempat yang akan menjadi sasaran utama kami adalah daerah rawa makmur. Karena potensi didaerah rawa makmur sangat tinggi, karena disana tidak ada kompetitor.

5.5 People
Yang dimaksud people disini adalah orang-orang yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung dalam proses layanan itu sendiri, diantaranya adalah tenaga kerja yang menunggu studio, dan para supplier penyedia asosories alat-alat musik.

 5.6 Process
Proses adalah kegiatan yang menunjukan bagaimana pelayanan diberikan kepada pelanggan selama melakukan pembelian jasa. Disini, selama proses berlangsung ketika para pelanggan menggunakan jasa kami, kami akan memberikan pelayanan yang maksimal, menyediakan kotak kritik dan saran atas kekurangan studio kami, dan memberikan kupon ketika pelanggan tersebut telah berpartisipasi dalam penggunaan jasa kami. Tujuan dari pemberian kupon tersebut adalah memberikan satu kali gratis rental band kepada pelanggan ketika kupon tersebut setelah terkumpul sebanyak 10 lembar.

5.7 Physical evidence (Lingkungan fisik)
Lingkungan fisik adalah keadaan atau kondisi yang didalamnya juga termasuk suasana studio yang merupakan tempat beroperasinya jasa layanan rental musik. Studio yang terletak di daerah rawa makmur, dan memiliki tema tersendiri ini, kami berharap dapat menimbulkan nilai diferensisasi atas studio-studio kompetitor.

VI.     Analisis S.W.O.T
Analisis SWOT merupakan salah satu metode untuk menggambarkan kondisi dan mengevaluasi suatu masalah, proyek atau konsep bisnis yang berdasarkan faktor internal (dalam) dan faktor eksternal (luar) yaitu Strengths, Weakness, Opportunities dan Threats. Metode ini paling sering digunakan dalam metode evaluasi bisnis untuk mencari strategi yang akan dilakukan. Analisis SWOT hanya menggambarkan situasi yang terjadi bukan sebagai pemecah masalah. Analisis SWOT terdiri dari empat faktor, yaitu:
6.1 Strengths (kekuatan)
Strengths merupakan kondisi kekuatan yang terdapat dalam konsep bisnis yang ada. Kekuatan dari bisnis studio musik kami ini dari segi harga rental yang efisien.

6.2 Weakness (kelemahan)
Weakness merupakan kondisi kelemahan yang terdapat di dalam suatu konsep bisnis yang ada. Kelemahan dari bisnis ini mungkin dalam pengalaman, karena jika bisnis ini terealisasi, maka ini akan menjadi pengalaman perdana kami dalam menjalankan bisnis studio musik. yang menurut kami, kami masih perlu banyak belajar dari bisnis ini

6.3 Opportunities (peluang)
Opportunities merupakan kondisi peluang berkembang di masa datang yang terjadi. Kondisi yang terjadi merupakan peluang dari luar bisnis atau konsep bisnis itu sendiri. bentuk studio yang memiliki tema tersendiri dan memiliki alat-alat band schecter yang sampai saat ini belum ada studio yang menerapkan strategi tersebut, ini merupakan suatu peluang yang besar bagi kami untuk menarik perhatian para pelanggan kami.

6.4 Threats (ancaman)
Threats merupakan kondisi yang mengancam dari luar. Ancaman ini dapat mengganggu konsep bisnis itu sendiri. Mungkin dalam point yang terakhir ini, jika di pandang dari sudut ancaman adalah seringnya listrik mati diluar ekspektasi dikawasan rawa makmur. Jika ada pelanggan yang ingin menyewa jasa kami, dan kondisi listrik dalam keadaan mati, maka ini akan menjadi pengaruh yang besar dalam hal omzet.


VII.   Analisis Produk dan Biaya

7. 1 Poduk dan Biaya Investasi (*)

Berikut adalah rincian biaya untuk membuat sebuah studio musik :

Sewa Tempat/Tahun…………………………………...Rp. 12.000.000,-
1 Buah AC ……………………………………………Rp. 2.500.000,-
1 Set Drum ……………………………………………Rp.3.500.000,-
1 Gitar Rythm …………………………………………Rp. 1.500.000,-
1 Gitar Melody ………………………………………..Rp. 2.000.000,-
1 Gitar Bass …………………………………………..Rp. 1.700.000,-
2 Amplifier untuk Gitar @ Rp. 2.500.000 ……..………Rp. 5.000.000,-
1 Amplifier untuk Bass ……………………………......Rp. 2.500.000,-
1 Amplifier untuk Vocal ………………………………Rp. 1.000.000,-
1 Mic……………………….………………………...Rp. 100.000,-
2 Efek Distortion untuk Gitar @ Rp 500.000………….Rp. 1.000.000,-
Jack dan Kabel Audio ……………………………….Rp. 200.000,-
peredam …………………………………………......Rp.2.000.000,-
Karpet ………………………………………………Rp. 1.500.000,-
Stand Mic 1 buah @ Rp. 150.000 …………………...Rp. 150.000,-
Stand Gitar 3 Buah @ Rp. 150.000 …………………..Rp. 450.000,- ================================================= +
T O T A L                                                                            Rp. 37.100.000,-



7.2  Biaya Variabel (*)

No
Item
Jumlah
1.
Listrik/Bulan
Rp. 250.000,-
2.
Promosi
Rp. 200.000,-
3.
Biaya tak terduga
Rp. 50.000,-
Total                                                          Rp. 500.000,-


7.3 Ekspektasi omzet minimum (*)


No
Item
Jumlah omzet minimum/hari
Total omzet minimum
1.
Rental Band
Rp.20.000,- x 7 pelanggan = Rp. 140.000,-/Hari
Rp. 140.000,-/hari x 30 hari = Rp. 4.200.000,-/Bulan.
Rp. 4.200.000,-/bulan x 12 bulan = Rp. 50.400.000,-/Tahun.


Keterangan :
(*) Analisis produk dan biaya investasi, biaya variabel, serta ekspektasi omzet minimum berdasarkan survei yang telah kami lakukan di Ferdi studio musik Bengkulu.


VIII. Jadwal dan Implementasi
Untuk menjalankan bisnis ini, jadwal implementasi kami dapat dirincikan sebagai berikut :
Untuk pelaksanaan bisnis ini, kami harapkan dalam 1 bulan, bisnis mulai beroperasi dengan normal :
1.      1 minggu pertama adalah masa pencarian lokasi di daerah rawa makmur dan pembenahan tempat studio.
2.      Minggu kedua dan ketiga adalah pembelian alat-alat band, baik secara online atau secara langsung datang ke tempat toko alat-alat musik.
3.      1 minggu terakhir adalah masa-masa percobaan, diharapkan setelah satu bulan studio musik ini dapat beroperasi dengan normal.

IX.    Kesimpulan
Dari seluruh penjelasan diatas yaitu mulai dari pendahuluan yang menggambarkan bahwa bisnis studio musik ini memang memiliki prospek yang sangat bagus karena banyak sekali anak-anak muda yang memiliki skill atau kemampuan dalam bermusik yang tinggi namun tingkat penawaran akan studio musik dikota bengkulu ini masih terbilang minim.
Ini terbukti bahwa masih banyak para anak muda kota Bengkulu ini yang rela menunggu berjam-jam hanya untuk mengasah dan mengembangkan kreatifitasnya dalam bermusik di satu studio musik saja. Selain itu,jika dipandang dari sudut lokasi, rawa makmur merupakan daerah yang potensial karena menurut padangan kami disana banyak sekali anak muda yang memiliki hobi bermusik. Dan yang lebih penting lagi di rawa makmur belum ada kompetitor jika bisnis ini bisa terealisasi.

Kisah Sukses Deny menjual Kek Pisang Villa dengan Omset Milyaran



Tahun 2006, ia berhenti dari pabrik dan menjadi wirausaha. Sepanjang tahun itu, ia mencoba berbagai jenis usaha. ”Prinsipnya, saya mencari usaha yang arus kasnya harian. Saya mencoba sembilan jenis usaha dari berjualan kue, membuka rumah makan, sampai menjadi EO (event organizer),” ujarnya.
Sampai tahun 2006, Denni Delyandri (32) menjadi karyawan dengan penghasilan maksimal Rp 2,5 juta per bulan. Kini, ayah tiga anak itu menjadi direktur perusahaan beromzet harian rata-rata Rp 100 juta.
Kisah Sukses Deny menjual Kek Pisang Villa 3Rezeki itu ia bagi dengan 220 karyawan di Batam, Kepulauan Riau, dan Pekanbaru, Riau. Suami Selvi Nurlia itu juga membagi rezeki itu dengan sedikitnya 80 UKM yang bermitra dengan perusahaannya, CV Media Kreasi Bangsa (MKB).
Lewat perusahaan itu, Denni menjual Kek Pisang Villa di Batam dan Viz Cake di Pekanbaru. CV MKB membuka delapan gerai di penjuru-penjuru Batam untuk memasarkan aneka produk Kek Pisang Villa.
Sementara di Pekanbaru ada empat gerai memasarkan Viz Cake. Selain Kek Pisang Villa dan Viz Cake, gerai-gerai itu juga menjual aneka produk UKM mitra CV MKB. ”Saya menyiapkan perusahaan baru untuk memudahkan ekspansi usaha,” ujar Denni.
Pencapaian Denni tidak dalam semalam. Ia giat berdagang aneka produk buatan sendiri sejak masih menjadi karyawan. Namun, hasilnya tidak maksimal. Denni juga harus berkonsentrasi dengan pekerjaan di pabrik. Selain itu, modalnya juga tidak banyak.

Februari 2007, ia dan istri mulai membuat bolu pisang dengan nama Banana Cake. Selvi mengurusi produksi dan Denni memasarkan. ”Kami mencoba berbagai resep makanan. Kebetulan istri hobi memasak. Setelah mencoba berbagai jenis, cake pisang ini yang paling diterima pasar,” ujarnya.
Kisah Sukses Deny menjual Kek Pisang Villa 1Mereka memulai usaha dari rumah sederhana di kawasan Batu Aji di pinggiran Batam. Alat produksi awalnya adalah mesin pengaduk kecil, kompor minyak tanah, dan oven kecil. ”Kami memulai dengan 2 kilogram pisang sehari. Rata-rata dibuat 40 kotak kue sehari karena kapasitas produksi terbatas,” tutur alumnus Universitas Andalas, Padang, itu.
Sebagian kue itu dipasarkan dalam bentuk potongan ke warung-warung. Sebagian lagi dipasarkan dalam bentuk utuh dari pintu ke pintu. ”Saya memasarkan ke tetangga, kenalan, atau kantor. Saya membuat brosur yang dibagikan di pabrik-pabrik,” ujarnya.
Hampir lima bulan Denni melakukan pola itu. Selama proses itu, ia melihat banyak wisatawan datang ke Batam, baik transit maupun berwisata di Batam. Namun, Batam belum punya oleh-oleh khas. ”Kota lain punya makanan khas sebagai oleh-oleh. Yogya punya bakpia, Bandung dengan brownies,” ujarnya.
Juli 2007, Deni membuat keputusan, mengubah nama produk dan meminjam uang untuk tambah modal. ”Kami mulai pakai nama Kek Pisang Villa. Saya ambil pinjaman tanpa agunan Rp 40 juta. Sebagian untuk sewa ruko, sisanya untuk beli oven lebih besar, tambah kapasitas produksi,” ujarnya.
Ruko itu berada di bagian depan kompleks tempat Denni tinggal. Lantai satu dijadikan toko dan lantai dua dijadikan pabrik. Di lokasi baru, kapasitas produksi naik jadi 100 kotak per hari. ”Waktu itu, usaha mulai lebih lancar dan kami meningkatkan promosi untuk menjadikan produk sebagai oleh-oleh khas Batam. Pinjaman pertama saya lunasi dalam delapan bulan,” tuturnya.
Namun, usaha Denni tetap ditentang orangtuanya. Ia dan istrinya memang berasal dari keluarga tanpa dasar wirausaha. ”Saya masih disuruh mendaftar ke salah satu BUMN saat omzet sudah Rp 70 juta per bulan. Namun, saya teruskan jadi wirausaha,” katanya.

Tambah kapasitas
Kisah Sukses Deny menjual Kek Pisang Villa 2Juni 2008, Denni mendapat kredit usaha rakyat Rp 500 juta. Pinjaman tanpa agunan tersebut memungkinkan ia mengembangkan sayap. Ia menambah dua gerai di pusat kota dan satu lagi di kawasan pinggiran. Pabrik dipindahkan dari kawasan Batu Aji ke gerai baru di Batam Center. Pabrik itu memasok produk untuk gerai di Batu Aji, Penuin, Tiban, Nagoya, dan Bandara Hang Nadim.
Produknya makin dikenal dan jadi oleh-oleh utama di Batam. Wisatawan asing dan domestik kerap membawa Kek Pisang Villa sebagai oleh-oleh. Peserta acara-acara di Batam kerap membawa berkardus-kardus Kek Pisang Villa saat meninggalkan Batam.
Terkadang panitia membantu. Kerap pula peserta memburu sendiri di sejumlah gerai CV MKB. Denni juga mengirimkan tim penjual ke lokasi acara. Cara penjualan jemput bola itu dipertahankan sampai sekarang.

Kisah Sukses Deny menjual Kek Pisang Villa 4Dengan berbagai kombinasi pemasaran dan penjualan itu, sekarang rata-rata terjual 2.500 kotak per hari pada hari biasa. Pada musim liburan, gerai-gerai Denni bisa menjual hingga 3.500 kotak kue per hari. Dengan harga minimal Rp 35.000 per kotak, Denni meraup Rp 87,5 juta per hari dari penjualan kue saja, belum dari penjualan aneka produk UKM mitra CV MKB. ”Sekarang kami tidak beli pisang di pasar. Kami ambil pisang dari Medan, Sumatera Utara. Saya tidak ingat berapa ton per bulan,” tuturnya.
Pundinya tidak hanya terisi dari gerai di Batam. Tahun lalu, Denni melebarkan sayap ke Pekanbaru. Di sana, ia mengolah durian menjadi aneka jenis kue dengan merek Viz Cake. ”Durian bisa didapat kapan saja. Namun, belum ada produk olahan berupa kue durian. Saya masuk di celah itu,” ujarnya.
Dalam setahun, Viz Cake berkembang pesat. Kini, empat gerai dibuka di Pekanbaru dengan penjualan harian rata-rata 500 kotak.
Kini, Denni tidak lagi mengurus sendiri usahanya. Operasi sehari-hari diserahkan kepada profesional. Ia berkonsentrasi pada strategi pengembangan.
Meski sudah sukses, Denni tetap sederhana. Jika ke kantor, ia kerap hanya menggenakan kaus, celana jeans, dan sandal. Sepintas ia tak terlihat sebagai pengusaha muda dengan omzet rata-rata Rp 3 miliar per bulan